Masuk Surga, Abadi atau Sementara?
Kita hidup di dunia ini ada batas limitasinya, sedangkan kehidupan di akhirat itu tidak ada batasnya, alias selama-lamanya. Sering diibaratkan, bahwa hidup di dunia itu sekadar singgah untuk minum, dalam artian mencari bekal untuk menuju kehidupan yang kekal.
Dunia ini akan profan (binasa) pada waktunya, namun tidak dengan akhirat, Allah melanggengkan kehidupan di akhirat dengan tanpa adanya batas.
Bagaimana mungkin, kita beramal di dunia ini dalam durasi waktu yang relatif singkat, namun akan dibalas di akhirat dengan hidup di surga tanpa dengan adanya batas waktu?
Imam Jalaluddin As-Suyuthi menjelaskan:
Mengenai sabdanya Rasulullah SAW yang berbunyi "niatnya seorang mukmin itu lebih baik daripada amalanya" Itu adalah karena orang mukmin itu akan dikekalkan berada di surga, meskipun amalnya itu ada batasnya (yakni di dunia yang masa ibadahnya relatif singkat). Mengapa bisa demikian? Sebab yang dihitung adalah niatnya, andaipun seorang mukmin itu dihidupkan dalam durasi yang lama, niscaya ia akan tetap iman kepada Allah. Maka dari itu, ia diberi ganjaran berupa kekal berada di surga dengan segala kenikmatan yang ada di dalamnya. Sebegitu juga dalam konteks orang kafir, ia akan dikekalkan berada di neraka, meskipun maksiatnya ia kepada Allah itu berdurasi, sebab yang dijadikan pertimbangan ialah niatnya. Andaipun ia hidup selama-lamanya, niscaya ia juga akan kafir juga, sebagaimana ia hidup dalam keadaan kafir di dunia. (Al-Asybah wa an-Nadzair, halaman 11)
Jadi alasan mengapa orang mukmin berada di surga selamanya, padahal amal ibadahnya di dunia sementara adalah karena yang dihitung adalah niatnya. Sebegitu juga konteksnya dengan orang kafir yang kekal berada di neraka.
Wallahu a'lam.
Kontributor: M. Iklil Shofiyullah
Tambahkan Komentar Baru