https://pulau88verse.com/ https://pulau88.aasthaautopartindo.co.id/ https://opentherapeutics.org/ https://constructdir.com/ https://menorcamillennials.com/ https://gotinsurancecolorado.org/ https://venacavanyc.com/ https://coolridesonline.net/ https://secondactcafe.com/ https://osaka-kohan.com/ https://ivanmalagonortodoncia.com/ https://slang-dictionary.org/ https://greathomereviews.com/ https://panwaboutiquebeachresort.com/ https://ko-wu.ephi.web.id/ Jangan Lakukan Hal Ini Jika Tak Ingin Ajaran Gurumu Hilang! | Fadllul Wahid

Jangan Lakukan Hal Ini Jika Tak Ingin Ajaran Gurumu Hilang!

Jangan Lakukan Hal Ini Jika Tak Ingin Ajaran Gurumu Hilang!

Untuk mengabadikan pemikiran guru, hal yang paling efektif untuk menjaga transmisi itu adalah mengabadikannya dalam bentuk fisik.

Semenjak dahulu rantai keilmuan Islam bisa menjadi kuat karena tradisi tulis menulis yang begitu kuat pula. Hal itu menjadi ciri khas perkembangan Islam hingga sekarang. Kepedulian tersebut tidak lantas dilahirkan dari ruang hampa. Pada dasarnya pada setiap generasi, dalam fase transformasi keilmuan secara verbal, mengharuskan generasi di bawahnya untuk meneruskan keilmuan tersebut ke generasi di bawahnya lagi. Nah, hal yang paling efektif untuk menjaga transmisi itu adalah mengabadikannya dalam bentuk fisik. Baik berupa kitab atau lainnya.

Di sisi lain, dalam perkembangannya, peran penulisan yang dilakukan murid terhadap keberlangsungan ajaran dan pemikiran sang guru sangatlah penting. Banyak sekali diantara para cendekiawan muslim yang begitu diakui kapabilitas keilmuan di masanya. Akan tetapi, menjadi redup setelah kepergiannnya. Tidak ada rekam-jejak serta peninggalan yang bisa meneruskan atau paling tidak menjadi representasi pemikiran sang guru di masa kini.

Fenomena ini bisa sangat mudah kita saksikan pada era awal kemunculan mazhab fikih. Selain 4 madzhab yang sudah masyhur sebenarnya ada lagi satu mazhab yang juga saat itu mempunyai banyak pengikut. Mazhab ini banyak tersebar di Negeri Piramida Mesir, karena sosok promotornya juga berasal dari Mesir. Beliau adalah Imam Laits bin Sa’d. Posisi intelektual Imam Laits pada waktu itu sungguh sangat diperhitungkan. Pengaruhnya di Mesir begitu kuat.

Namun, kini kita tak bisa lagi menemukan eksistensi maupun jejak-jejak yang terbukukan dari mazhab ini. Karena pada dasarnya, keilmuan tersebut tidak didukung oleh kesinambungan yang berarti. Murid-murid Imam Laits tidak ada yang mendokumentasikan serta membukukan pemikirannya. Akibatnya kini tidak lagi dikenal mazhab fikih Imam Laits yang dulu pernah mendominasi mazhab fikih di Mesir dan sekitarnya. Bahkan Imam Syafii pernah menyinggung perihal ini:

«اللَّيْثُ أَفْقَهُ مِنْ مَالِكٍ إِلاَّ أَنَّ أَصْحَابَه لَمْ يَقُوْمُوا بِهِ»

“Imam Laits bin Sa'ad itu lebih alim dalam masalah fikih daripada Imam Malik bin Anas. Akan tetapi murid-muridnya tidak menghidupkannya”

Beda kasus dengan mazhab yang hingga saat ini masih eksis. Karena murid-muridnya mendokumentasikan serta mempublikasikannya. Sebut saja murid-murid Imam Syafii yang ikut menulis pemikiran Imam Syafii seperti Imam Buwaithi, Imam al-Muzani, Al-Rabi’ yang juga ikut berperan dalam penulisan kitab As-Syafi’i. Begitula mazhab-mazhab lain yang hingga saat ini masih siar tersebar. Salah satu faktor kuncinya adalah murid-muridnya berperan menulis serta mempublikasikan pemikiran serta karya dari sang guru.

Dalam disiplin-disiplin ilmu lain pun demikian. Semuanya akan bisa langgeng dan eksis hingga saat ini jika semua pemikiran tersebut terbukukan dan terkodifikasi dengan baik.

Oleh sebab itu para ulama menganjurkan para santri untuk sebisanya menulis serta mengabadikan pemikiran guru-gurunya. Agar keilmuan serta pemikiran ulama tidak hanya bersifat temporer, terbatas pada murid-murid ulama yang menimba ilmu kepadanya. Akan tetapi lebih dari itu, agar pemikiran tersebut bisa abadi, sekalipun ulama itu telah lama mati.

 

Ust. Alfa Faizun Nuha (Kabag. LBI Fadllul Wahid)

 

Bagikan :

Tambahkan Komentar Baru

 Komentar Anda berhasil dikirim. Terima kasih!   segarkan
Kesalahan: Silakan coba lagi