JALSAH 2 HISTORIOGRAFI MODERN DAN ANALISIS SEJARAH NABI SEBAGAI INSANI, HARUSKAH ADA ATURAN BAKU SYARIAT DALAM MEMBUAT KARYA SEJARAH NABI ? │ PP. Lirboyo Induk

JALSAH 2   HISTORIOGRAFI MODERN DAN

JALSAH 2     HISTORIOGRAFI MODERN DAN ANALISIS SEJARAH NABI SEBAGAI INSANI, HARUSKAH ADA ATURAN BAKU SYARIAT DALAM MEMBUAT KARYA SEJARAH NABI ? │ PP. Lirboyo Induk

JALSAH 2

 

  1. HISTORIOGRAFI MODERN DAN ANALISIS SEJARAH NABI SEBAGAI INSANI, HARUSKAH ADA ATURAN BAKU SYARIAT DALAM MEMBUAT KARYA SEJARAH NABI ? │ PP. Lirboyo Induk

Deskripsi Masalah:

Sejarah Nabi Muhammad sudah tidak lagi asing dalam dunia literasi. Banyak karya-karya ulama salaf maupun sejarawan modern yang menyajikannya. Karena seluruh sisi kehidupan beliau bagaikan lautan yang tak akan habis diminum. Beliau pun banyak dikagumi dan sering dikaji dan diteliti sejarahnya, dimulai dari para ulama salaf sampai kaum orientalis sejarawan barat, baik dari kalangan liberal, kristen bahkan dari sejarawan atheis yang tak mengakui keberadaan tuhan dan agama sekalipun. Itu semua, karena Nabi Muhammad adalah sesosok yang paling sempurna di muka bumi bahkan alam semesta.

Gaya penampilan sejarah pun beraneka ragam, bila para ulama dalam menyajikan sejarah Nabi lebih mengedepankan sifat kenabian dan mukjizat-mukjizat. Dan semua yang terjadi di kehidupan Rosululloh SAW itu skenario dari tuhan atau peran dari ilahiyyah dll, seperti Maulid ad-Diba’I, Al-Barzanji, Simtuddurar. Berbeda dengan historiografi (penulisan sejarah) yang disajikan oleh kaum sejarawan barat, orientalis, muslim modern dan liberal, mereka lebih mengedepankan dari sisi heroik, jenius, pahlawan, dan jiwa kredibilitas kepemimpinan, tanpa memaparkan sifat kenabian atau dorongan ilahiyyah yang melatar belakangi semua kehidupan Rosululloh SAW.

Bahkan ada dari sekelompok muslim modern yang mengambil sejarah Nabi hanya dari sudut perdagangan, seperti “ Muhammad Sebagai Seorang Pedagang ” - Terjemah karya Afzalurrahaman, “ Marketing Muhammad ” karya Thoriq Gunara “Bisnis Ala Nabi” karya Musthofa Kamal Rokan S.H.I. Dan ada juga dari segi  peperangan dan kemesraan rumah tangga seperti “Khulashah Nurul Yaqin al-Jabbar”,  “Ensiklopedia Perang Rasulullah”  karya Ahmad Adnan Fadzil dan “Strategi Perang Rasulullah”  karya Muhammad Abu Ayyas, “ Potret Kemesraan Rosululloh SAW Bersama Istri-istrinya ” karya Muhammad Thalib, dan “ Kemesraan Nabi Bersama Istri ” karya Adib Al-Kamdani.

Mengenai hal itu, Dr. Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthy memaparkan dalam Kitab Fiqh as-Sirah An-Nabawiyyah hal 37 Dar al-Fikr al-Mu’ashirah:

وراحوا يروجون له صفة العبقرية والعظمة والبطولة وما شاكلها , شغلا للقارئ بها عن صفات قدتجره إلى غير المألوف من النبوة والوحي والرسالة ونحوها مما يشكل المقومات الأولى لشخصية النبي صلى الله عليه وسلم .

“Sejarawan modern menyematkan pada diri Rosululloh sebuah sifat tokoh, keagungan, kepahlawanan atau pemberani dll, agar pembaca tidak lagi memikirkan sifat-sifat kenabian, wahyu, risalah dan sebagainya yang justru merupakan sesuatu yang membentuk kompetensi yang paling utama terhadap kepribadian nabi ”

Adalah Karen Amstrong, salah satu sejarawan wanita barat dari Inggris, dengan historiografi modern yang berhasil menerbitkan buku tentang Nabi Muhammad yang berjudul “Muhammad Prophet For Our Time (1991)”. Dalam buku itu, Karen Armstrong memaparkan sosok Nabi Muhammad SAW sebagai seorang yang luar biasa yang berbakat, pemberani, dan kompleks. Dia memperlihatkan karakter dan ide-ide Nabi demikian kuat untuk mengubah sejarah secara drastis dan menarik jutaan pengikut.[[1]] Buku ini sebenarnya dibuat untuk menangkis kaum orientalis yang banyak menyudutkan Nabi terkait integritas, perkawinan dan dakwah beliau.[[2]]

Tak mau kalah pula, sejarawan liberal-pun juga mengeluarkan sejarah tentang Nabi Muhammad, namun lebih cenderung dengan sajian sejarah yang diiringi dengan rasionalitas dan metode ilmiah.  Sebagaimana sejarah Nabi yang dikemukakan oleh Hussain Haekal dalam bukunya yang berjudul “Sejarah Hidup Muhammad” yang diterbitkan dalam Bahasa Arab pada tahun 1935 M. Ia mengatakan dalam buku tersebut bahwa dirinya tidak mengambil apa yang ditulis dalam buku-buku sejarah klasik dan kitab-kitab hadis, karena dia lebih memilih untuk menempuh pendekatan rasional, dengan metode ilmiah dalam pembahasan ini.[[3]]

Kebanyakan kaum orientalis barat menyatakan bahwa keberhasilan Nabi Muhamaad SAW dalam mereformasi bangsa Arab dengan membangun masyarakat Islam, sesungguhnya tidak lain melalui cara kekerasan yang didasari dari suatu peperangan dan pemungutan pajak kepada pemeluk Yahudi. Akan tetapi kedua pernyataan ini, dikritik oleh salah satu politisi sejarah, yakni Karen Armstrong dengan menyatakan bahwa kebanyakan orang-orang telah salah menilai sosok Muhammad yang sejatinya reformis dan visioner, Ia ingin mengenalkan Nabi Muhammad sebagai Founding Father pertama dalam Islam kepada Eropa.

Menampak sejarah rosululloh SAW dari aspek lahiriyahnya dan merasionalkannya terkadang dibutuhkan agar diterima oleh orang-orang yang lemah imannya atau orang-orang barat, yang belum bisa menerima kejadian di luar akal, seperti mukjizat, mereka perlu pendekatan rasional supaya akal mereka menerimanya, sehingga mereka bisa mengagumi Rosululloh SAW dan beriman kepada beliau. Begitu pula dengan kaum awam, yang akan lebih mudah mencerna dan memahami sehingga keimanan mereka semakin bertambah.

Di lain sisi, selama ini buku Sirah Nabi rata-rata ditulis dalam bentuk karya ilmiah yang terbilang “berat”, cukup akademis, sebagaimana buku-buku sejarah pada umumnya. Sehingga, banyak yang enggan membacanya sampai tuntas. Tak heran, jika kemudian bermunculan kisah-kisah kehidupan Nabi Muhammad SAW. yang dikemas dalam bentuk novel, atau cerita bergambar untuk mempermudah pembaca memahaminya misalnya “Muhammad Rasul Pembebas”novel sejarah - Abdur Rahman, “Muhammad, Lelaki Penggenggam Hujan” novel dari Taufiq Saptoto Rohadi yang biasa dipanggil Tasaro GK. Begitu pula Ahlul bait (keluarga Rosululloh) dan tokoh-tokoh Islam seperti Sayyidah Khodjijah, Muhammad Al-Fatih, Shalahuddin Al-Ayyubi dll.

Pertimbangan:

  1. Pemaparan ulama salaf dalam memahami sejarah nabi lebih menonjolkan sifat kerosulan, dorongan ilahi dan mukjizat. Sedangkan sejarah modern lebih menonjolkan sifat lahiriyahnya atau Lebih mengedepankan pendekatan rasional, metode ilmiah kekinian.
  2. Akan muncul anggapan bahwa sebab kemajuan dakwah Rosululloh SAW dan banyaknya pengikut yang setia kepadanya karena faktor kejeniusan dan kepahlawanannya atau faktor-faktor lahiriyyah lainya.
  • Ada tujuan dakwah dan pengenalan Nabi, dari aspek lahiriyah Nabi dan lewat pendekatan rasional kepada orang-orang barat yang belum bisa menerima kejadian  di luar akal seperti mukjizat.
  1. Tidak bisa dipungkiri, buku seperti ini lebih disukai pemuda bahkan orang tua di masa kekinian, karena lebih asyik dan tidak monoton, juga lebih ringan tidak membingungkan.
  2. Terkadang lewat metode seperti ini akan bertambah keyakinan dan keimanan seseorang.

 

Pertanyaan:

  1. Bagaimana hukum membuat sejarah nabi hanya dilihat dari aspek sifat lahiriyahnya saja seperti Muhammad Sang Pedagang, kepemimpinannya, kejeniusannya dan merasionalkan sejarah Rosululloh SAW.? dan bagaimana hukum membacanya  sebagaimana pertimbangan di atas ?

 

Jawaban:

  1. Boleh menulis sejarah sifat-sifat lahiriyah Rasululloh, jika tidak menafikan unsur wahyu dan kemu’jizatan dengan syarat:
    1. Ada tujuan memperlihatkan tanda-tanda keagungan Rosulullah
    2. Tidak ada kata-kata yang dapat merendahkan rasulullah.
    3. Penulis tidak bertujuan merendahkan rasulullah.
    4. Tidak ada tujuan menghilangkan sisi-sisi risalah kenabian
    5. Tidak ada unsur mendustakan rasulullah
    6. Tidak ada tafsiran-tafsiran yang tidak berdasar

 

  • فقه السيرة النبوية لمحمد سعيد رمضان البوطي ص: 162-177

أولا- كلمة عن الرسول والمعجزات:يولع بعض الباحثين بالمبالغة في تصوير حياة النبي صلّى الله عليه وسلم على أنها حياة بشرية عادية، وذلك من خلال الإطناب في بيان أن حياته صلّى الله عليه وسلم، لم تكن معقدة وراء الخوارق والمعجزات، بل كان منكرا لها غير عابئ بها ولا ملتفت إلى المطالبين بها، وأنه كان يؤكد دائما أن المعجزات والخوارق ليست من شأنه وليس له إليها سبيل، ويكثرون في هذا من الاستشهاد بمثل قوله تعالى: قُلْ إِنَّمَا الْآياتُ عِنْدَ اللَّهِ بحيث يخيل إلى القارئ أو السامع أن سيرته صلّى الله عليه وسلم كانت بعيدة كل البعد عن المعجزات والآيات التي يؤيد الله بها في العادة أنبياءه الصادقين.وإذا أمعنا في منبع هذه النظرية عن رسول الله صلّى الله عليه وسلم، نجد أنها في الأصل فكرة بعض المستشرقين والباحثين الأجانب من أمثال غوستاف لوبون، وأوجست كونت، وهيوم، وجولد زيهر، وغيرهم. وأساس هذه النظرية عندهم وسببها، هو عدم الإيمان بخالق المعجزات أولا. ذلك لأن الإيمان بالله عز وجل إذا استقر في النفس، سهل الإيمان بكل شيء بعد ذلك ولم يبق شيء في الدنيا يستحق أن يسمى في الحقيقة معجزة.ثم تلقف هذه النظرية منهم، أناس من المسلمين، كان من سوء حظ العالم الإسلامي، أن جندوا كل مساعيهم وعلومهم للتبشير بأفكار أولئك الأجانب دون أي مؤيد سوى الافتتان بزخرف خداعهم وانخطاف أبصارهم بمظهر النهضة العلمية التي هبت في أنحاء أوربا. وكان من هؤلاء المسلمين الشيخ محمد عبده، ومحمد فريد وجدي، وحسين هيكل..ثم نظر محترفو التشكيك وأرباب الغزو الفكري، فوجدوا في هذا الذي يقوله بعض من المسلمين أنفسهم ما يفتح لهم آفاقا وميادين جديدة لغزوهم الفكري وتشكيك المسلمين بدينهم، يغنيهم عن وسيلتهم العتيقة.. وسيلة الحرب المباشرة للعقيدة الإسلامية وغرس الأفكار الإلحادية في الرؤوس.فراحوا يروجون صفات معينة لرسول الله صلّى الله عليه وسلم كالبطولة والعبقرية والقيادة في عبارات من الإعجاب والإطراء، ويبالغون في الوقت ذاته في تصوير حياته العامة بعيدة عن كل ما لا يدركه العقل من المعجزات وخوارق العادات، كي يتم لهم إنشاء صورة جديدة للنبي صلّى الله عليه وسلم في أذهان المسلمين مع مرور الزمن، قد تكون صورة (محمد العبقري) أو تكون صورة (محمد القائد) أو تكون صورة (محمد البطل) ولكنها لا ينبغي أن تكون على أي حال من الأحوال صورة (محمد النبي والرسول) إذ تكون جميع حقائق النبوة بما يحف بها ويستلزمها من وحي.. وغيبيات وخوارق، قد قذف بها- بعامل هذا الترويج لألقاب العبقرية والبطولة البعيدين عن المعجزات والخوارق- إلى عالم ما يسمونه: الميثيولوجيا (الأساطير) ذلك لأن ظاهرة الوحي والنبوة تعتبران في رأس المعجزات.وحينئذ لا ينبغي أن يتصور- بطبيعة الحال- أي سبب لتكاثر مختلف الناس والأمم من حول الرسول وانضوائهم تحت لوائه وانسياقهم في دعوته، إلا التأثر بعبقريته ومقومات القيادة في حياته. وانظر! .. فإن هذا القصد الذي يهدفون إليه يتجلى واضحا في إشاعة كلمة (محمديين) كتسمية جديدة بدلا عن: مسلمين.ولكن ما هو موقع هذا التخيّل والتّصور من حقيقة أمر محمد صلّى الله عليه وسلم وشأنه، إذا ما حاولنا استجلاء الحقيقة على ضوء البحث المنطقي والموضوعي؟أولا: إذا عدنا إلى التأمل في ظاهرة الوحي التي تجلت واضحة في حياته عليه الصلاة والسلام (وقد مرّ البحث فيها بتفصيل واف) رأينا أن أبرز صفة في حياته عليه الصلاة والسلام هي (النّبوة) لا شك في ذلك ولا ريب، والنّبوة هي من المعاني الغيبية التي لا تخضع لمقاييسنا المحسوسة وإذن فإن معنى المعجزة الخارقة قائم في أصل كيانه عليه الصلاة والسلام. فلا يتسنى نفي المعجزات والخوارق عنه صلّى الله عليه وسلم إلا بهدم معنى النّبوّة نفسها ونسخها من حياته، وذلك يساوي بالبداهة إنكار الدين نفسه. ولئن لم يصرح بهذه النتيجة بعض الباحثين من المستشرقين، مكتفين ببيان ذكاء الرسول ومدى عبقريته وشجاعته وسياسته للأمور، فذلك اكتفاء منهم برسم المقدمات عن بيان النتائج، إذ النتيجة تأتي بطبيعتها بعد التسليم بمقدماتها.على أن كثيرين صرّحوا بالنتيجة، بعد أن ضاقت بها صدورهم، مثل شبلي شميل حينما سمى الإيمان بالدين إيمانا بالمعجزة المستحيلة «24» ! ..وأنت خبير أنه لا معنى للبحث في إنكار جزئيات المعجزات أو إثباتها، إذا كان أصل الدين محل شك أو إنكار.ثانيا: إذا تأملنا في سيرته صلّى الله عليه وسلم ووقائع حياته، وجدنا أن الله سبحانه وتعالى أجرى معجزات كثيرة على يديه، لا مناص من قبولها ولا مجال لردها، لأنها نقلت إلينا بالأسانيد الصحيحة المتواترة التي ترتقي بالفكر والعقل إلى درجة القطع واليقين.فمن ذلك حديث نبع الماء من بين أصابعه الشريفة، أخرجه البخاري في كتاب الوضوء، ومسلم في كتاب الفضائل، ومالك في الموطأ في كتاب الطهارة. وغيرهم من أئمة الحديث بطرق مختلفة كثيرة، حتى نقل الزرقاني عن القرطبي قوله: «إن نبع الماء من بين أصابعه صلّى الله عليه وسلم تكرر في عدة مواطن في مشاهد عظيمة، وورد من طرق كثيرة يفيد مجموعها العلم القطعي المستفاد من التواتر المعنوي» «25» .ومن ذلك حديث انشقاق القمر على عهده صلّى الله عليه وسلم حينما سأله المشركون ذلك، فقد أخرجه البخاري في كتاب أحاديث الأنبياء، وأخرجه مسلم في كتاب صفة القيامة، وأخرجه غيرهما من عامة علماء الحديث. وقال ابن كثير: «وقد وردت بذلك الأحاديث المتواترة بالأسانيد الصحيحة..» . وهذا أمر متفق عليه بين العلماء: أنه وقع في زمان النّبي صلّى الله عليه وسلم، وأنه كان إحدى المعجزات الباهرات «26» .ومن ذلك حديث الإسراء والمعراج الذي نسوق هذا البحث بمناسبته، وهو حديث متفق عليه لا تنكر قطعية ثبوته. وهو بإجماع جماهير المسلمين من أبرز معجزاته.ومن العجيب أن هؤلاء الذين لا يفتأون يروجون صفة العبقرية، والعبقرية وحدها للرسول صلّى الله عليه وسلم ويبعدون اسم المعجزات والخوارق عن حياته يتجاهلون هذه الأحاديث المتواترة التي بلغت من الصحة درجة القطع، فلا يتحدثون عنها سلبا ولا إيجابا كأن كتب الحديث غير ممتلئة بها، يعدّ لكل منها ما قد يزيد على عشرة طرق.ومن الواضح أن سبب هذا التجاهل هو التهرب من الإشكال العويص الذي سيواجهونه لدى النظر في هذه الأحاديث: إذ هي تناقض في خط صريح واضح النظرية التي تطوف برؤوسهم «27» .ثالثا: المعجزة؛ كلمة لا يوجد لها معنى ذاتي عند التأمل والتدبّر، وما يراد بها إنما هو معنى نسبي مجرد. فالمعجزة فيما تواضع عليه اصطلاح الناس كل أمر خارج على المألوف والعادة. وكل من المألوف يتطور بتطور الأزمنة والعصور، ويختلف باختلاف الثقافات والمدارك والعلوم. فربّ أمر كان قبل فترة من الزمن معجزة فانقلب اليوم إلى شيء معروف ومألوف. وربّ أمر مألوف في بيئة متمدنة مثقفة، ينقلب معجزة بين أناس بدائيين غير مثقفين.بل الحق الذي يفهمه كل عاقل، أن المألوف وغير المألوف، معجزة في أصله.فالكواكب معجزة، وحركة الأفلاك معجزة، وقانون الجاذبية معجزة، والمجموعة العصبية في الإنسان معجزة، والدورة الدموية فيه معجزة، والروح التي فيه معجزة، والإنسان نفسه معجزة، وكم كان دقيقا ذلك العالم الفرنسي (شاتوبريان) الذي أطلق على الإنسان اسم (الحيوان الميتافيزيقي) أي الحيوان الغيبي المجهول.غير أن الإنسان ينسى- من طول الإلف واستمرار العادة- وجه المعجزة وقيمتها في هذا كله، فيحسب جهلا منه وغرورا أن المعجزة هي تلكم التي تفاجئ ما ألفه واعتاده فقط! .. ثم يمضي يتّخذ مما ألفه واعتاده مقياسا لإيمانه بالأشياء أو كفره بها! .. وهذا جهل عجيب من الإنسان مهما ترقى في مدارج المدنيّة والعلم! ..وتأمل يسير من الإنسان، يوضح له بجلاء أن الإله الذي خلق معجزة هذا الكون كله، ليس عسيرا عليه أن يزيد فيه معجزة أخرى أو أن يبدل ويغيّر في بعض أنظمته التي أنشأ العالم عليها ولقد تأمل مثل هذا التأمل المستشرق الإنكليزي (وليم جونز) ، حينما قال:«القدرة التي خلقت العالم، لا تعجز عن حذف شيء منه أو إضافة شيء إليه، ومن السهل أن يقال عنه أنه غير متصور عند العقل، لكن الذي يقال عنه أنه غير متصور، ليس غير متصور إلى درجة وجود العالم!» .يقصد أنه لو لم يكن هذا العالم موجودا، وقيل لواحد ممن ينكر المعجزات والخوارق ولا يتصور وجودها: سيوجد عالم كذا، فإنه سيجيب رأسا، إن هذا غير متصور، ويأتي نفيه لتصور ذلك أشد بكثير من نفيه لتصور معجزة من المعجزات.فهذا ما ينبغي أن يفهمه كل مسلم عن الرسول صلّى الله عليه وسلم وما أكرمه الله به من المعجزات.

 

  • الكامل لابن عدي - (ج 1 / ص 11)

قاعدة في المؤرخين ولما كان تاريخ الرجال وخاصة رواة الحديث منه يدخل ضمن إطار المباحث التاريخية، لذلك كان لابد من عرض مقالة أهل الاختصاص بهذا الشان، عنيت ما ذكره الامام تاج الدين السبكي (771) ه صاحب الطبقات المشهورة حيث قال: إن أهل التاريخ ربما وضعوا من أناس ورفعوا أناسا إما لتعصب، أو لجهل أو لمجرد اعتماد على نقل من لا يوثق به أو غير ذلك من الاسباب: والجهل في المؤرخين أكثر منه في أهل الجرح والتعديل، وكذلك التعصب، قل أن رأيت تاريخا خاليا من ذلك. والرأي عندنا (السبكي) أن لا يقبل مدح، ولا ذم من المؤرخين إلا بما اشترطه إمام الائمة والده حيث قال: يشترط في المؤرخ: 1 - الصدق.2 - إذا نقل يعتمد اللفظ دون المعنى.3 - وأن يكون ذلك الذي نقله أخذه في المذاكرة، وكتبه بعد ذلك.4 - وأن يسمي المنقول عنه فهذه شروط أربعة فيما ينقله. ويشترط فيه أيضا: لما يترجمه من عند نفسه، ولما عساه يطول في التراجم من النقول ويقصر.1 - أن يكون عارفا بحال الترجمة، علما ودينا وغيرهما من الصفات.2 - أن يكون حسن العبارة، عارفا بمدلولات الالفاظ.3 - أن يكون حسن التصور، حتى يتصور حال ترجمته جميع حال ذلك الشخص ويعبر عنه بعبارة لا تزيد عليه، ولا تنقص عنه.4 - أن لا يغلبه الهوى، فيخليل إليه هواه الاطناب في مدح من يحبه، والتقصير في غيره. بل إما إن يكون مجردا عن الهوى هو عزيز. وإما أن يكون عنده من العدل ما يقهر به هواه، ويسلك طريق الانصاف. وأصعب هذه الشروط الاطلاع على حال الشخص في العلم، فانه يحتاج إلى المشاركة في علمه والقرب منه حتى يعرف مرتبته

 

  • فقه السيرة النبوية 19

وعلى كل, فان مصادر السيرة النبوية التي اعتمدها سائر الكتاب على اختلاف طبقاتهم محصورة في المصادر التالية:

اولا: كتاب الله تعالى.......

ثانيا: كتب السنة النبوية.........

ثالثا: الرواة الذين اهتموا بسيرة النبي صلى الله عليه وسلم وحياته عموما وقد كان في الصحابة الكثير ممن اهتم بذلك بل ما من صحابي كان مع رسول الله صلى الله عليه وسلم في مشهد من مشاهد سيرته الا ورواه لسائر الصحابة ولمن بعده اكثر من مرة ولكن دون ان يهتم واحد منهم في بادئ الامر بجمع هذه السيرة وتدوينها واحب ان الفت النظر هنا الى الفرق بين عموم ما يسمى كتابة وتقييدا وخصوص ما يسمى تاليفا او تدوينا اما الاول فقد كان موجودا بالنسبة للسنة في حياة رسول الله صلى الله عليه وسلم كما ذكرنا آنفا واما الثاني ,ويراد به الجمع والتنسيق بين دفتين, فقد ظهر فيما بعد عندما ظهرت الحاجة الى ذلك

 

  • الفتاوى الفقهية الكبرى – (ج 4 / ص 236)

وَسُئِلَ رَحِمَهُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى بِمَا لَفْظُهُ كَثِيرًا ما يَتَخَاصَمُ اثْنَانِ فَيُعَيِّرُ أَحَدُهُمَا الْآخَرَ بِالْفَقْرِ أو رَعْيِ الْغَنَمِ مَثَلًا فيقول الْآخَرُ الْأَنْبِيَاءُ كَانُوا فُقَرَاءَ وَيَرْعَوْنَ الْغَنَمَ أو نحو ذلك مِمَّا هو مَعْرُوفٌ عِنْدَ الْعَامَّةِ مَأْلُوفٌ فما حُكْمُ ذلك فَأَجَابَ عَفَا اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى عنه بِقَوْلِهِ هذا مِمَّا يَنْبَغِي أَنْ يُفْطَمَ عنه الناس غَايَةَ الْفَطْمِ لِأَنَّهُ يُؤَدِّي إلَى مَحْذُورَاتٍ لَا يُتَدَارَكُ خَرْقُهَا وَلَا يَرْتَقِعُ فَتْقُهَا وَكَيْفَ وَكَثِيرًا ما يُوهِمُ ذلك الْعَامَّةَ إلْحَاقَ نَقْصٍ له صلى اللَّهُ عليه وسلم بِبَعْضِ صِفَاتِهِ التي هِيَ من كَمَالِهِ الْأَعْظَمِ وَإِنْ كان بَعْضُهَا بِالنِّسْبَةِ إلَى غَيْرِهِ صلى اللَّهُ عليه وسلم نَقِيصَةً في ذَاتِهِ كَالْأُمِّيَّةِ أو بِاعْتِبَارِ عُرْفِ الْعَوَامّ الطَّارِئِ كَالْفَقْرِ وَرَعْيِ الْغَنَمِ فَتَعَيَّنَ الْإِمْسَاكُ عن ذلك وَتَأَكَّدَ على الْوُلَاةِ وَالْعُلَمَاءِ مَنْعُ الناس من الْإِلْمَامِ بِشَيْءٍ من تِلْكَ الْمَسَالِكِ فَإِنَّهَا في الْحَقِيقَةِ من أَعْظَمِ الْمَهَالِكِ وقد بَالَغَ الْحَافِظُ الْجَلَالُ السُّيُوطِيّ شَكَرَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى سَعْيَهُ فَأَفْتَى بِوُجُوبِ التَّعْزِيرِ الْبَلِيغِ على من عَيَّرَ وَلَدَهُ بِرَعْيِ الْمِعْزَى فقال مُسْتَدِلًّا على أَنَّ ذلك ليس بِنَقْصٍ الْأَنْبِيَاءُ رَعَوْا الْمِعْزَى لِأَنَّ مَقَامَ الْأَنْبِيَاءِ عليهم الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ أَجَلُّ من أَنْ يُضْرَبَ مَثَلًا لِآحَادِ الناس ولم يُبَالِ في هذا الْإِفْتَاء بِاعْتِرَاضِ عُلَمَاءِ عَصْرِهِ عليه بِأَنَّ مُقْتَضَى الْمَذْهَبِ أَيْ بَلْ صَرِيحُهُ كما صَرَّحَ بِهِ بَعْضُ أَكَابِرِ أَصْحَابِنَا أَنَّهُ حَيْثُ لم يَقْصِدْ بِذَلِكَ مَحْذُورًا من تَنْقِيصٍ أو نَحْوِهِ وَإِنَّمَا قَصَدَ مُجَرَّدَ الِاسْتِدْلَالِ على أَنَّ هذه الصِّفَةَ لَيْسَتْ بِنَقْصٍ لِأَنَّهُ صلى اللَّهُ عليه وسلم لَا يَتَحَلَّى إلَّا بِمَا هو الْغَايَةُ في الْكَمَالِ لَا إثْم عليه وَلَا تَعْزِيرَوَأَنَّ الْإِثْمَ وَالتَّعْزِيرَ في ذلك إنَّمَا يُوَافِقُ قَوَاعِدَ الْإِمَامِ مَالِكٍ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى وَأُصُولَهُ التي بَسَطَ الْكَلَامَ فيها صَاحِبُ الشِّفَاءِ حَيْثُ قال أَمَّا مُلَخَّصُهُ الْوَجْهُ الْخَامِسُ أَنْ لَا يَقْصِدَ نَقْصًا وَلَا يَذْكُرُ عَيْبًا وَلَا سَبًّا وَلَكِنَّهُ يَنْزِعُ بِذِكْرِ بَعْضِ أَوْصَافَهُ أو يَسْتَشْهِدُ بِبَعْضِ أَحْوَالِهِ عليه الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ الْجَائِزَةِ عليه في الدِّينِ على طَرِيقِ ضَرْبِ الْمَثَلِ وَالْحُجَّةِ لِنَفْسِهِ أو لِغَيْرِهِ أو على التَّشَبُّهِ بِهِ أو عِنْدَ هَضْمَةٍ نَالَتْهُ أو غَضَاضَةٍ لَحِقَتْهُ ليس على طَرِيقِ التَّأَسِّي وَطَرِيقِ التَّحْقِيرِ بَلْ على قَصْدِ التَّرْفِيعِ لِنَفْسِهِ أو لِغَيْرِهِ أو سَبِيلِ التَّمْثِيلِ وَعَدَمِ التَّوْقِيرِ لِنَبِيِّهِ صلى اللَّهُ عليه وسلم أو مع قَصْدِ الْهَزْلِ كَقَوْلِ بَعْضِهِمْ إنْ قِيلَ في سُوءٌ أو كُذِّبْتُ أَيْ بِالتَّشْدِيدِ أو أَذْنَبْت فَقَدْ وَقَعَ ذلك لِلْأَنْبِيَاءِ عليهم الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ أو قد صَبَرْت كما صَبَرَ أَوْلَوْ الْعَزْمِ وَكَمَا وَقَعَ في أَشْعَارِ الْمُتَعَجْرِفِينَ في الْقَوْلِ الْمُتَسَاهِلِينَ في الْكَلَامِ كَالْمُتَنَبِّي وَالْمَعَرِّيِّ وَابْنِ هَانِئٍ الْأَنْدَلُسِيِّ بَلْ خَرَجَ كَثِيرٌ من كَلَامِهِمْ إلَى حَدِّ الِاسْتِخْفَافِ وَالْكُفْرِ وقد بَيَّنَّا حُكْمَهُ وَغَرَضُنَا الْآنَ بَيَانُ ما سُقْنَا أَمْثِلَتَهُ فإن هذه كُلَّهَا وَإِنْ لم تَتَضَمَّنْ سَبًّا وَلَا أَضَافَتْ لِلنَّبِيِّ صلى اللَّهُ عليه وسلم نَقْصًا وَلَا قَصَدَ قَائِلُهَا إزْرَاءً أو غَضًّا فما وَقَّرَ النُّبُوَّةَ وَلَا عَظَّمَ الرِّسَالَةَ حِين شَبَّهَ من شَبَّهَ في كَرَامَةٍ نَالَهَا أو مَعَرَّةٍ قَصَدَ الِانْتِفَاءَ عنها أو ضَرْبَ مَثَلٍ لِتَطْيِيبِ مَجْلِسِهِ أو إغْلَاءً في وَصْفٍ لِتَحْسِينِ كَلَامِهِ مِمَّنْ عَظَّمَ اللَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى خَطَرَهُ وَشَرَّفَ قَدْرَهُ وَأَلْزَمَ تَوْقِيرَهُ وَبِرَّهُ

 

  • حواشي الشرواني – (ج 9 / ص 90)

فائدة للجلال السيوطي مصنف حافل جليل سماه تنزيه الأنبياء عن تسفيه الأغبياء يتعين الوقوف عليه واستفادة ما فيه وهو من جملة ما سطر في فتاويه ومن جملة ما فيه قوله وقع أن رجلا خاصم رجلا فوقع بينهما سب كثير فنسب أحدهما الآخر إلى رعي المعزى فقال له ذاك تنسبني إلى رعي المعزى فقال له والد القائل الأنبياء رعوا المعزى أو ما من نبي إلا رعى المعزى وذلك بحضرة جمع كثير من العوام فترافعوا إلى الحكام فسئلت ماذا يلزم الذي ذكر الأنبياء مستدلا بهم في هذا المقام فأجبت بأنه يعزر التعذير البليغ لأن مقام الأنبياء أجل من أن يضرب مثلا لآحاد الناس ثم ذكر أن المستدل بأمثال ذلك تارة يكون في مقام التدريس والإفتاء والتصنيف وتقرير العلم بحضرة أهله وهذا لا إنكار عليه وتارة يكون في الخصام والتبري من معرة أو نقص ينسب إليها هو أو غيره وهذا محل الإنكار والتأديب لا سيما إذا كان بحضرة العوام وفي الأسواق وفي التفاوض في السب والقذف ونحو ذلك ولكل مقام مقال ولكل محل حكم يناسبه ثم ذكر أنه سئل شيخ الإسلام حافظ العصر ابن حجر عما يقع في الموالد من بعض الوعاظ أنهم يذكرون في مجالسهم الحفلة المشتملة على الخاص والعام من الرجال والنساء ماجريات هي مخلة بكمال التعظيم حتى يظهر من السامعين لها حزن ورقة فيبقى في حيز من يرحم لا من يعظم ومن ذلك أنهم يقولون إن المراضع حضرن ولم يأخذنه لعدم ماله إلا حليمة رغبت في رضاعه شفقة ويقولون إن النبي صلى الله عليه وسلم كان يرعى غنما وينشدون بأغنامه سار الحبيب إلى المرعى فيا حبذا راع فؤادي له يرعى وفيه فما أحسن الأغنام وهو يسوقها فأجاب بما نصه ينبغي لمن يكون فطنا أن يحذف من الخبر ما يوهم في المخبر عنه نقصا ولا يضره ذلك بل يجب انتهى وأطال في هذا المؤلف بفوائد نفيسة واحتجاجات نقلية ومعنوية يتعين استفادتها اه سم

 

  • الفتاوى الفقهية الكبرى – (ج 4 / ص 237)

وَعَنْ الْفَاسِيِّ أَنَّهُ قال فِيمَنْ قِيلَ له اُسْكُتْ فَإِنَّك أُمِّيٌّ فقال أَلَيْسَ كان النبي صلى اللَّهُ عليه وسلم أُمِّيًّا فَكَفَّرَهُ الناس إطْلَاقُ الْكُفْرِ عليه خَطَأٌ لَكِنَّهُ مُخْطِئٌ في هذا الِاسْتِشْهَادِ إذْ الْأُمِّيَّةُ فيه صلى اللَّهُ عليه وسلم آيَةٌ له وفي هذا الْقَائِلِ نَقِيصَةٌ وَجَهَالَةٌ لَكِنَّهُ إذَا اسْتَغْفَرَ وَتَابَ تُرِكَ لِأَنَّ ما طَرِيقُهُ الْأَدَبُ فَطَوَّعَ فَاعِلَهُ بِالنَّدَمِ عليه يُوجِبُ الْكَفَّ عنه وَعَنْ بَعْضِ مَشَايِخِهِ إنَّهُ قال فِيمَنْ نَقَّصَهُ غَيْرُهُ

 فقال إنَّمَا يُرِيدُ نَقْصِي بِذَلِكَ أنا بَشَرٌ وَجَمِيعُ الْبَشَرِ يَلْحَقُهُمْ النَّقْصُ حتى النبي صلى اللَّهُ عليه وسلم يُطَالُ سَجْنُهُ وَأَدَبُهُ لِأَنَّهُ لم يَقْصِدْ السَّبَّ وَعَنْ غَيْرِهِ إنَّهُ قال يُقْتَلُ هذا حَاصِلُ كَلَامِ الشِّفَاءِ وهو صَرِيحٌ فِيمَا أَفْتَى بِهِ الْجَلَالُ من وُجُوبِ تَعْزِيرِ ذلك الْمُسْتَدِلِّ في مِثْلِ ذلك الْمَقَامِ الذي يَخْرُجُ اللَّفْظُ عن مَوْضُوعِهِ إلَى إيهَامِ النَّقْصِ وَنَحْوِهِ نَظَرًا إلَى أَنَّهُ مَقَامُ خِصَامٍ وَتَبَرٍّ من نَقْصِ نُسِبَ إلَيْهِ هو أو غَيْرُهُ بِخِلَافِهِ في مَقَامِ تَدْرِيسٍ أو إفْتَاءٍ أو تَأْلِيفٍ أو تَقْرِيرٍ لِلْعِلْمِ بِحَضْرَةِ أَهْلِهِ فإنه لَا حَرَجَ فيه إذْ لَا إيهَامَ فيه حِينَئِذٍ بِوَجْهٍ وَلِكُلِّ مَقَامٍ مَقَالٌثُمَّ قال الْقَاضِي ما حَاصِلُهُ أَيْضًا الْوَجْهُ السَّابِعُ أَنْ يَذْكُرَ ما يَجُوزُ عليه صلى اللَّهُ عليه وسلم أو يُخْتَلَفُ في جَوَازِهِ أو ما يُمْكِنُ إضَافَتُهُ إلَيْهِ من الْأُمُورِ الْبَشَرِيَّةِ أو ما اُمْتُحِنَ بِهِ من أَعْدَائِهِ وَصَبَرَ عليه في ذَاتِ اللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى أو ابْتِدَاءِ حَالِهِ وما لَقِيَهُ من بُؤْسِ زَمَنِهِ أو مَرَّ عليه من مُعَانَاةِ عَيْشِهِ صلى اللَّهُ عليه وسلم كُلُّ ذلك على طَرِيقِ الرِّوَايَةِ وَإِفَادَةِ الْعِلْمِ وَهَذَا ليس فيه نَقْصٌ وَلَا غَمْصٌ وَلَا إزْرَاءٌ لَا في ظَاهِرِ اللَّفْظِ وَلَا في مَقْصَدِ اللَّافِظِ لَكِنْ يَجِبُ عليه أَنْ يَكُونَ الْكَلَامُ فيه مع أَهْلِ الْعِلْمِ وَفُهَمَاءِ طَلَبَةِ الدِّينِ وَيَجْنَبُ ذلك من عَسَاهُ لَا يَفْهَمُهُ أو يَخْشَى بِهِ فِتْنَةً ا هـ

 

  • فتح الباري – ابن حجر – (ج 6 / ص 499)

وقد اتفق العلماء على تغليظ الكذب على رسول الله صلى الله عليه و سلم وأنه من الكبائر حتى بالغ الشيخ أبو محمد الجويني فحكم بكفر من وقع منه ذلك وكلام القاضي أبي بكر بن العربي يميل إليه وجهل من قال من الكرامية وبعض المتزهدة إن الكذب على النبي صلى الله عليه و سلم يجوز فيما يتعلق بتقوية أمر الدين وطريقة أهل السنة والترغيب والترهيب واعتلوا بأن الوعيد ورد في حق من كذب عليه لا في الكذب له وهو اعتلال باطل لأن المراد بالوعيد من نقل عنه الكذب سواء كان له أو عليه والدين بحمد الله كامل غير محتاج إلى تقويته بالكذب الحديث العاشر

 

  • اسعاد الرفيق ص 93

(و)منها (كل كلام يقدح) اي يؤدي الى قدح اي ذم (في الدين او في احد من) المرسلين او من (الانبياء) عليهم الصلاة والسلام (او في) احد من الصحابة والتابعين وتابعيهم او في احد من (العلماء) اذ يجب علينا تعظيمهم والقيام بحقوقهم وقد تقدم ان بعض العلماء كفر من صغر عمامة العالم كأن قال عميمة فلان

 

  • شرح رياض الصالحين – (ج 1 / ص 1782)

واعلم أن الكذب أنواع: الأول: الكذب على الله ورسوله، وهذا أعظم أنواع الكذب، لقول الله تعالى فمن أظلم ممن افترى على الله كذبًا ليضل الناس بغير علم إن الله لا يهدي القوم الظالمين واللام في قوله { ليضل الناس بغير علم } اللام لام العاقبة وليست لام التعليل، فهي كقوله تعالى في موسى صلى الله عليه وسلم { فالتقطه آل فرعون ليكون لهم عدواً وحزنًا } وهم ما التقطوه لهذا، ولكن الله تعالى جعل العاقبة أن كان لهم عدوًا وحزنًا، وهكذا من افترى على الله كذبًا، فإنه بافترائه يضل الناس بغير علم .

والافتراء على الله نوعان: النوع الأول أن يقول: قال الله كذا، وهو يكذب، كاذب على الله، ما قال الله شيئًا .

والنوع الثاني: أن يفسر كلام الله بغير ما أراد الله، لأن المقصود من الكلام معناه، فإذا قال: أراد الله بكذا كذا وكذا، فهو كاذب على الله، شاهد على الله بما لم يرده الله عز وجل، لكن الثاني إذا كان عن اجتهاد وأخطأ في تفسير الآية فإن الله تعالى يعفو عنه ؛ لأن الله قال: { وما جعل عليكم في الدين من حرج } وقال: { لا يكلف الله نفسًا إلا وسعها } وأما إذا تعمد أن يفسر كلام الله بغير ما أراد الله، اتباعاً لهواه أو إرضاء لمصالح أو ما أشبه ذلك، فإنه كاذب على الله عز وجل، وهكذا من بعده الكذب على رسول الله صلى الله عليه وسلم بأن يقول: قال رسول الله كذا، ولم يقله، لكن كذب عليه وكذلك أيضًا إذا فسر حديث رسول الله صلى الله عليه وسلم، بغير معناه فقد كذب على رسول الله صلى الله عليه وسلم وقد قال النبي صلى الله عليه وسلم: من كذب علي متعمدًا فليتبوأ مقعده من النار المعنى أن من كذب على الرسول صلى الله عليه وسلم متعمدًا قد تبوأ مقعده من النار وسكن في مقعده من النار والعياذ بالله، فهذان النوعان من الكذب هما أشد أنواع الكذب: الكذب على الله والكذب على رسول الله صلى الله عليه وسلم .

وأكثر الناس كذبًا على رسول الله هم الرافضة الشيعة، فإنه لا يوجد في طوائف أهل البدع أحد أكثر منهم كذبًا على رسول الله صلى الله عليه وسلم، كما نص على هذا علماء مصطلح الحديث رحمهم الله، لما تكلموا على الحديث الموضوع قالوا: إن أكثر من يكذب على الرسول هم الرافضة الشيعة، وهذا شيء مشاهد ومعروف لمن تتبع كتبهم .

أما القسم الثاني من الكذب فهو الكذب على الناس، والكذب على الناس نوعان أيضًا: كذب يظهر الإنسان فيه أنه من أهل الخير والصلاح والتقى والإيمان وهو ليس كذلك، بل هو من أهل الكفر والطغيان والعياذ بالله، فهذا هو النفاق، النفاق الأكبر الذين قال الله فيهم: { ومن الناس من يقول آمنا بالله وباليوم الآخر وما هم بمؤمنين } لكنهم يقولون بألسنتهم ويحلفون على الكذب وهم يعلمون، وشواهد ذلك في القرآن والسنة كثيرة، إنهم – أعني المنافقين أهل الكذب يكذبون على الناس في دعوى الإيمان وهم كاذبون، وانظر إلى قول الله تعالى في سورة ( المنافقون ) حيث صدر هذه السورة ببيان كذبهم حيث قال تعالى: { إذا جاءك المنافقون قالوا نشهد إنك لرسول الله } أكدوا هذه الجملة بكم مؤكد ؟ بثلاثة مؤكدات، ( نشهد ) ( إن ) ( اللام ) ثلاثة مؤكدات، يؤكدون أنهم يشهدون أن محمدًا رسول الله، فقال الله تعالى: { والله يعلم إنك لرسوله والله يشهد إن المنافقين لكاذبون } في قولهم ( نشهد إنك لرسول الله ) هذا أيضًا من أنواع الكذب، وهو أشد أنواع الكذب على الناس ؛ لأن فاعله والعياذ بالله منافق

 

  1. Karena menulisnya diperbolehkan dengan beberapa catatan yang sudah diulas di atas, maka membacanya juga diperbolehkan. Kecuali tulisan-tulisan sejarah tersebut dapat menjerumuskan pembacanya pada kebatilan, maka hukum membacanya menjadi haram, bagi orang-orang yang tidak mampu membedakan antara kebenaran dengan kebatilan, serta tanpa adanya bimbingan seorang guru yang mumpuni.

 

  • الفتاوى الحديثية لابن حجر الهيتمي - (ج 1 / ص 145)

وسئلت : عن مطالعة كتب العقائد ؟

فأجبت بقولي : لا ينبغي للإنسان الذي لم يحط بمقدمات العلوم الإلهية والبراهين القطعية أن يشتغل بمطالعة شيء من كتب العقائد المشكلة ، فإنها مزلة الأقدام للعوام جالبة لوقوعهم في ورطة الحيرة والأوهام ، بل ربما أدى بهم ذلك إلى الكفر الصريح والابتداع القبيح ، فليترك العاقل ذلك إذا أراد سلامة دينه ، فإن كان فاعلاً ولا بد فيلزم شيخاً عالماً بفن الكلام وغيره نَصوحاً سليم العقيدة فليقرأ عليه في ذلك مبتدئاً فيه إلى أن يحيط بشيء منه بقدر ما يصحح به عقيدته ثم يترك التوغل في ذلك فإنه الضلال الأكبر كما أشار إليه إمامنا الشافعي رضي الله عنه وأرضاه وجعل الفردوس متقلبة ومثواه آمين .

 

  • حاشية الجمل – (ج 8 / ص 393)

وَالْأَوْلَى بِالْمُعْتَكِفِ الِاشْتِغَالُ بِالْعِبَادَةِ كَعِلْمٍ وَمُجَالَسَةِ أَهْلِهِ وَقِرَاءَةٍ وَسَمَاعِ نَحْوِ الْأَحَادِيثِ وَالرَّقَائِقِ أَيْ حِكَايَاتِ الصَّالِحِينَ ، وَالْمَغَازِي الَّتِي هِيَ غَيْرُ مَوْضُوعَةٍ وَيَحْتَمِلُهَا أَفْهَامُ الْعَامَّةِ أَمَّا قَصَصُ الْأَنْبِيَاءِ وَحِكَايَاتُهُمْ الْمَوْضُوعَةُ ، وَفُتُوحُ الشَّامِ وَنَحْوهَا الْمَنْسُوبُ لِلْوَاقِدِيِّ فَتَحْرُمُ قِرَاءَتُهَا وَالِاسْتِمَاعُ لَهَا وَإِنْ لَمْ تَكُنْ فِي الْمَسْجِدِ انْتَهَتْ .

 

  • الفوائد المكية ص: 19 الهداية

والحاصل تحريم جميع العلوم الباطلة وضابطها كما قال الإمام الرافعى فى شرح الوجيز كل علم يشتمل على عقيدة باطلة أو تخييل أو تدليس أو تصوير أو ضرر أو دعوى علم غيب أو نهى عنه الشرع فهو حرام -إلى أن قال- ص:20 تنبيه وفى المشرع الراوى فى مناقب بنى علوى فى آدب المسجد وما يمنع فيه ما نصه ويمنع مما ذكره المؤرخون من قصص الأنبياء كفتوح الشام للواقدى فإن غالبه موضوع أو مأخوذ ممن لا يوثق به من أهل الكتاب وما فيه ذكر صفات الخمر المحرمة ولو خارج المسجد

 

  1. Sejauh mana aturan baku syariat dalam membuat buku sejarah Nabi ?

Jawaban:

Aturan-aturan baku dalam membuat buku sejarah nabi adalah:

  1. Harus bersumber pada al-Qur’an dan hadits, atau dari para perowi yang dapat dipercaya(tsiqoh)
  2. Jujur
  3. Bila menukil harus secara harfiyah
  4. Penulisan dilakukan setelah pengkajian mendalam
  5. Menyebutkan referensinya.

 

  • الكامل لابن عدي - (ج 1 / ص 11)

قاعدة في المؤرخين ولما كان تاريخ الرجال وخاصة رواة الحديث منه يدخل ضمن إطار المباحث التاريخية، لذلك كان لابد من عرض مقالة أهل الاختصاص بهذا الشان، عنيت ما ذكره الامام تاج الدين السبكي (771) ه صاحب الطبقات المشهورة حيث قال: إن أهل التاريخ ربما وضعوا من أناس ورفعوا أناسا إما لتعصب، أو لجهل أو لمجرد اعتماد على نقل من لا يوثق به أو غير ذلك من الاسباب: والجهل في المؤرخين أكثر منه في أهل الجرح والتعديل، وكذلك التعصب، قل أن رأيت تاريخا خاليا من ذلك. والرأي عندنا (السبكي) أن لا يقبل مدح، ولا ذم من المؤرخين إلا بما اشترطه إمام الائمة والده حيث قال: يشترط في المؤرخ: 1 - الصدق.2 - إذا نقل يعتمد اللفظ دون المعنى.3 - وأن يكون ذلك الذي نقله أخذه في المذاكرة، وكتبه بعد ذلك.4 - وأن يسمي المنقول عنه فهذه شروط أربعة فيما ينقله. ويشترط فيه أيضا: لما يترجمه من عند نفسه، ولما عساه يطول في التراجم من النقول ويقصر.1 - أن يكون عارفا بحال الترجمة، علما ودينا وغيرهما من الصفات.2 - أن يكون حسن العبارة، عارفا بمدلولات الالفاظ.3 - أن يكون حسن التصور، حتى يتصور حال ترجمته جميع حال ذلك الشخص ويعبر عنه بعبارة لا تزيد عليه، ولا تنقص عنه.4 - أن لا يغلبه الهوى، فيخليل إليه هواه الاطناب في مدح من يحبه، والتقصير في غيره. بل إما إن يكون مجردا عن الهوى هو عزيز. وإما أن يكون عنده من العدل ما يقهر به هواه، ويسلك طريق الانصاف. وأصعب هذه الشروط الاطلاع على حال الشخص في العلم، فانه يحتاج إلى المشاركة في علمه والقرب منه حتى يعرف مرتبته

 

  • فقه السيرة النبوية 19

وعلى كل, فان مصادر السيرة النبوية التي اعتمدها سائر الكتاب على اختلاف طبقاتهم محصورة في المصادر التالية:

اولا: كتاب الله تعالى.......

ثانيا: كتب السنة النبوية.........

ثالثا: الرواة الذين اهتموا بسيرة النبي صلى الله عليه وسلم وحياته عموما وقد كان في الصحابة الكثير ممن اهتم بذلك بل ما من صحابي كان مع رسول الله صلى الله عليه وسلم في مشهد من مشاهد سيرته الا ورواه لسائر الصحابة ولمن بعده اكثر من مرة ولكن دون ان يهتم واحد منهم في بادئ الامر بجمع هذه السيرة وتدوينها واحب ان الفت النظر هنا الى الفرق بين عموم ما يسمى كتابة وتقييدا وخصوص ما يسمى تاليفا او تدوينا اما الاول فقد كان موجودا بالنسبة للسنة في حياة رسول الله صلى الله عليه وسلم كما ذكرنا آنفا واما الثاني ,ويراد به الجمع والتنسيق بين دفتين, فقد ظهر فيما بعد عندما ظهرت الحاجة الى ذلك

 

  1. Apakah diperbolehkan menovelkan kisah Nabi Muhammad , Ahlul bait dan tokoh Islam seperti Sayyidah Fatimah, Shalahuddin Al-Ayyubi ?

 

Jawaban:

Tidak diperbolehkan menovelkan beliau nabi Muhammad, sebab tidak ada satu orangpun yang sanggup memerankan beliau nabi secara sempurna. Dan justru akan mengakibatkan penghinaan dan perendahan terhadap jati diri Rosulullah SAW [[4]]

  • فتاوي عبد الحليم محمود (ص: 1091)

في التمثيل وشخصية الرسول:

إن التمثيل في ذاته وسيلة ثقافية، سواءً كان على المسارح أو الشاشة أو التليفزيون فإن كثيرًا من روائع التاريخ وأحداث السياسة، ومواقف الأبطال في ساحات الجهاد والدفاع عن الأوطان ينبغي أن يتجدَّد ذِكْرُها، ويُنادَى بها لتكون فيها القدوة الحسنة للأجيال الحديثة، وذلك إذا كان تمثيلها تمثيلًا واقعيًّا صحيحًا. غير أن التمثيليات قد تتجاوز الأهداف الجِدِّيَّة وتُتَّخَذ وسيلةً لِمَا هو ممنوع.

ولَمَّا كان الرسول ـ صلى الله عليه وسلم ـ مقامُه أعلى مقام وحرَكاته وسكَناته وحديثه تشريع كما قال ـ تعالى ـ: (وَمَا يَنْطِقُ عنِ الهَوَى إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْي يُوحَى)، فإن منزلته ـ صلوات الله وسلامه عليه ـ فوق منزلة الناس، وذلك يُؤْخَذ من قوله ـ تعالى ـ: (لا تَجْعَلُوا دعاءَ الرسولِ بينَكُمْ كدُعاءِ بَعْضِكُمْ بعضًا) وقوله ـ تعالى ـ: (يَا أيُّها الذينَ آمنُوا لا ترفَعُوا أصواتَكُمْ فوقَ صوتِ النَّبِيِّ ولا تَجْهَرُوا له بالقولِ كجهرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أعمالُكُمْ وأنتُم لا تشعُرونَ).

ولا تُوجَد شخصية تُماثِل شخصية الرسول ـ صلى الله عليه وسلم ـ ولا يجوز تمثيله بأي حال من الأحوال، وهذا للاعتبارات الآتية:ـ لأن مقامَه أعلى وأجلُّ من أن يُتَّخَذ وسيلةً للتمثيل وغيره.ـ كل ما يصدُر عن الرسول ـ صلى الله عليه وسلم ـ تشريع؛ لأنه لا يَنْطِق عن الهوى.

 

[[1]] https://kalam.sindonews.com/berita/1474030/70/pandangan-ilmuwan-barat-tentang-sosok-nabi-muhammad

[[2]] Karen Armstrong, Muhammad Prophet For Our Time, hal- 18.

[[3]]  Hussein Haekal, Sejarah Hidup Muhammad 

[[4]] Menurut sebagian mushohhih bahwa beliau almaghfur lah KH Abdul wahid zuhdi melarang santri memerankan sohabat.

Populer

JALSAH 1  RELOKASI ERUPSI │ LBI PP. Fadllul Wahid Ngangkruk
As’ilah Bahtsul Masa’il Kubro PP. Fadllul Wahid 2018
BAHTSU MASA’IL WUSTHO 11 Januari 2018  Amplop Kematian

Comments

There are 0 comments on this post

Leave A Comment